Thursday, 22 November 2012

Deteksi Dini Tumbuh Kembang


DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak secara fisik, mental, sosial, emosional dipengaruhi oleh gizi, kesehatan dan pendidikan. Hal ini telah banyak dibuktikan dari berbagai penelitian. Salah satu hasil dari penelitian adalah bahwa pada 4 tahun pertama usia anak, perkembangan kognitifnya mencapai 50%, kurun waktu 8 tahun mencapai 80%, dan mencapai 100% saat anak mencapai usia 18 tahun. Setiap orangtua menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang pintar, sehat, berkualitas dan sukses di masa depan. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut dengan melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan deteksi dini.
Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah dilakukan.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
1.    Pertumbuhan
a.    Bertambahnya ukuran fisik(anatomi) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel, jadi pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran beratbadan, tinggi badan, dan lingkar kepala. (IDAI, 2002)
b.    Bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Depkes RI, 2005)
2.      Perkembangan
a.    Bertambahnya kemampuan dari struktur / fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirkan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ – organ dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI, 2002)
b.    Bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialasi dan kemandirian (Depkes RI, 2005)
3.      Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita
Kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah.
B.     Tujuan
Memudahkan untuk membuat rencana tindakan intervensi terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga agar mendapatkahasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelainan yang sudah menetapBila penyimpangan terlambat diketahui maka intervensinya lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
C.    Jenis-jenis Deteksi Dini
1.      Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan
Bertujuan untuk mengetahui atau menemukan status gizi kurang atau tidak, gizi buruk, maupun pertambahan lingkar kepala (makrosefali atau mikrosefali).
2.      Deteksi dini penyimpangan perkembangan
Yaitu untuk mengetahui gangguan perkembangan anak (keterlambatan) gangguan daya lihat dan daya dengar.
3.      Deteksi dini penyimpangan mental emosional
Yaitu untuk melihat adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
D.  Kelainan-kelainan Perkembangan Anak
1.      Gangguan bicara dan bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap. Afasia adalah gangguan fungsi bicara pada seseorang akibat kelainan otak. Orang yang menderita afasia tidak mampu mengerti maupun menggunakan bahasa lisan. Penyakit afasia biasanya berkembang cepat sebagai akibat dari luka pada kepala atau stroke, tetapi juga dapat berkembang secara lambat karena tumor otakinfeksi, atau dementia.
Deteksi dini pada gangguan bicara dan bahasa dapat dilakukan :
a.    Dapat dilihat dari saat  pertambahan usia kemampuan bicaranya menurun. Bila sebelumnya sering mengoceh kemudian mengocehnya menghilang atau sebelumnya bisa mengucapkan kata mama dan papa kemudian menghilang.
b.    Deteksi dini lain adalah keterlambatan sesuai dengan tahapan usia, yaitu :
1)        4-6 bulan
a)      Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya
b)      Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh
2)        8-10 bulan
a)      Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian
b)      Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya
c)       9-10 bln, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis
3)        12-15 bulan
a)      12 bulan, belum menunjukkan mimik, belum mampu mengeluarkan suara, dan tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.
b)      15 bulan, belum mampu memahami arti “tidak boleh” atau “daag”, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda, dan belum dapat mengucapkan 1-3 kata.
4)        18-24 bulan
a)      18 bulan, belum dapat mengucapkan 6-10 kata, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian
b)      18-20 bulan, tidak dapat menatap mata orang lain dengan baik
c)      21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana
d)     24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon, belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain, dan tidak mampu meunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.
5)        30-36 bulan
a)      30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga
b)      36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana, pertanyaan dan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga
6)        3-4 tahun
a)      3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya
b)      3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti “ayah” diucapkan “aya”
c)      4 tahun, masih gagap dan tidak dapat dimengerti secara lengkap
2.    Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
a.         Deteksi Dini Tipe Spastik
1)        Umur 3 bulan pertama
Pada masa neonatal (0-14 hari) terdapat gerak yang terbatas, lengan terletak kaku dekat badan. Dalam posisi tengkurap, kedua kaki besilangan, gerak asimetris. Angkat dalam posisi terlentang, bayi seperti semaput, lemas, kepala terkulai. Dalam posisi duduk, leher terkulai. Refleks primitif tidak nampak (0-4 bulan) misal refleks genggam, refleks moro (refleks memeluk saat terkejut), refleks babinski (kaki dan jarinya megar saat disentuh).
2)      Umur  4-8 bulan
Amati kualitas dan simetrisitas gerakan anak. Berikan kubus atau mainan. Perhatikan apakah ada kekakuan ketika anak meraih mainan tesebut atau tidak.
3)      Umur 9 bulan ke atas
Anak disuruh menyusun kubus atau menyusun manik-manik dengan tali, perhatikan ada tremor/ ataksia atau tidak. Bila anak berjalan, perhatikan apakah dengan ujung jari kaki atau kelainan jalan yang lain. Berdirikan anak dengan 1 kaki, ada kelumpuhan kaki atau tidak. Perhatikan apakah ada retardasi mental atau tidak.
b.        Deteksi Dini Tipe Athetoid
Bentuk khas berupa ekstensi (pada siku) dan pronasi (pada pergelangan tangan). Sering disertai kesulitan menghisap dan menelan. Ada ataksia dalam meraih benda. Setelah umur 1 tahun, terdapat kesulitan dalam pandangan vertical.
c.         Deteksi Dini Tipe Rigid
Rigiditas pada semua anggota gerak. Kelainan tipe ini biasanya disertai dengan retardasi mental.
d.        Deteksi Dini Tipe Ataxia
Terdapat tanda-tanda ataksia ketika anak meraih benda pada waktu duduk atau berjalan.
3.      Gangguan autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
Deteksi dini dengan kemungkinan adanya gangguan autisme dapat dilihat jika:
a.     Tidak ada senyum sosial pada usia >4 bulan.
b.     Anak tidak mengoceh (tidak seakan-akan seperti berbicara) sebelum usia 12 bulan.
c.    Anak cuek saja, tidak melakukan gerak-tubuh (gesture) yang mempunyai arti (misalnya tidak menunjuk sesuatu, tidak melambai, dsb), sebelum usia 12 bulan.
d.      Tidak mengucapkan satu katapun sebelum usia 16 bulan.
e.       Tidak bicara spontan dengan kalimat 2 atau lebih kata sebelum usia 2 tahun (24 bulan).
f.       Tidak berespons jika dipanggil namanya.
g.      Hilangnya kemampuan bicara/bahasa dan keterampilan sosial pada usia berapapun.
h.      Terlihat tidak tahu bagaimana bermain dengan mainan
i.         Mungkin hanya membariskan/menjajarkan mainan atau benda-benda lain
j.        Hanya asyik pada satu mainan atau benda tertentu saja
k.      Fisik normal dan mempunyai kemampuan menghapal tinggi
l.        Sebagian anak mungkin sering mengepak-ngepakkan tangannya berulang-ulang (hand flapping), ataupun jalan jinjit (toe walking).
m.    Perangai labil, over under respon terhadap cahaya, bunyi, kurang menyadari adanya           bahaya, perilaku berulang-ulang dan suka menyakiti diri sendiri.
Deteksi dini atau skrining terhadap autisme dapat dilakukan secara sederhana dengan tools (perangkat) yang sederhana misalnya dengan STAT (Screening Tool for Autism in Two-Year-Olds) atau dengan CHAT/M-CHAT (Modified Checklist for Autism in Toddler).
4.      Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah ( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Deteksi dini dibawah ini merupakan deteksi dini berdasarkan hasil penilaian IQ, yaitu :
a.       Retardasi Mental Ringan (mild) : bila nilai IQ berkisar 50-55 sampai 70.
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dari tipe social-budaya dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bias bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
b.      Retardasi mental sedang (moderate) : bila nilai IQ berkisar antara 40-35 sampai 50-55.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas dua SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu, misalnya pertukangan, pertanian, dll. Apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang kurang mampu menghadapi stress dan kurang mandiri sehingga perlu bimbingan dan pengawasan.
c.    Retardasi mental berat (severe) : bila nilai IQ berkisar antara 25-20 sampai 35-40.
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
d.   Retardasi mental sangat berat (Profound) : bila nilai IQ berada di bawah 20 atau 25.
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung orang disekitarnya.
5.      Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
      Ada beberapa hal penting yang dapat memudahkan kita mengetahui gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), yaitu :
a.       Inatensi, yaitu kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Contoh : Jarang menyelesaikan perintah sampai tuntas, mainan, dll sering tertinggal, sering membuat kesalahan, mudah beralih perhatian (terutama oleh rangsang suara).
b.      Hiperaktif, yaitu perilaku yang tidak bisa diam.
Contoh : Banyak bicara, tidak dapat tenang/diam, mempunyai kebutuhan untuk selalu bergerak, sering membuat gaduh suasana, selalu memegang apa yang dilihat, sulit untuk duduk diam, lebih gelisah dan impulsif dibandingkan dengan mereka yang seusia, suka teriak-teriak.
c.       Impulsif, yaitu kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar).
Contoh : Sering mengambil mainan teman dengan paksa, tidak sabaran, reaktif, sering bertindak tanpa dipikir dahulu.
d.      Sikap menentang
Contoh : Sering melanggar peraturan, bermasalah dengan orang-orang yang memiliki otoritas, lebih mudah merasa terganggu, mudah marah (dibandingkan dengan mereka yang seusia).
e.       Cemas
Contoh : Banyak mengalami rasa khawatir dan takut, cenderung emosional, sangat sensitif terhadap kritikan, mengalami kecemasan pada situasi yang baru atau yang tidak familiar, terlihat sangat pemalu dan menarik diri.
f.       Problem sosial
Contoh : Hanya memiliki sedikit teman, sering memiliki rasa rendah diri dan tidak percaya diri.
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra sekolah. Deteksi dini sangat penting bagi proses pertumbuhan dan perkembangan anak karena Memudahkan untuk membuat rencana tindakan intervensi terutama ketika harus melibatkan ibu/keluarga agar mendapatkahasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelainan yang sudah menetapBila penyimpangan terlambat diketahui maka intervensinya lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Tuesday, 29 May 2012

BIGBANG ALIVE TOUR 2012

Tanggal : 13 Oktober 2012

Tempat : Mata Elang International Stadium (MEIS)

Ancol, Jakarta, Indonesia.

Thursday, 19 April 2012

BIGBANG Comeback Show | MTV IGGY

BIGBANG Comeback Show | MTV IGGY
Selalu saja ada alasan untuk bergosip.. Tapi ini bukan gosip namanya, mencari tahu tentang kenyataan yang sebenarnya terjadi. Ya, sore ini sebelum pulang kuliah seperti biasa gw ngumpul sama anak-anak yang lain. Awalnya hanya membicarakan hal yang basi siih buat di bicarain, tapi ujung-ujungnya gw dapat fakta yang "gak banget gw denger". Si cungkring ternyata gak sedewasa yang orang-orang pikirkan. Apa coba?? Si cungkring bikin daftar cewe-cewe?!
Apa yang dipikirin cowo, cewe itu bisa jadi seperti daftar list belanjaan?
Gak dapet belanjaan yang ini, masi ada belanjaan yang lain. Sepertinya buat lo mudah banget yah memakan omongan sendiri?!
Apa lo gak menyadarinya? Sampai temen dekat lo sendiri merasa illfeel ngeliat lo..
Coba bung, instropeksi diri dulu. Kedewasaan itu gak diukur dari umur loh..
Kasihan nanti orang-orang yang akan ada disekitarmu. Hanya melihat topengmu saja.

Sunday, 8 January 2012

Tulisan Maura

Ada seorang ibu yang tinggal di sebuah gubuk sederhana hendak melahirkan, dia adalah seorang janda yang suaminya meninggal karena perang. Pada saat itu hanya seorang nenek tua yang dapat membantunya dalam persalinan, lahirlah seorang anak perempuan. Dia memiliki kekurangan. Dia buta dan wajahnya tidak seperti manusia. Ibunya sangat terkejut melihat anak yang di lahirkannya berbeda dengan yang lain. Dia merasa malu dan takut kalau orang tahu bahwa ia memiliki anak seperti itu. Seminggu setelah melahirkan ketika hujan badai datang, ibu itu meninggalkan anak yang telah dilahirkannya dan memberinya nama Maura. 13 tahun kemudian, pada suatu malam terbangunlah ibu itu dari tidurnya. Ia bermimpi bahwa Maura setia menunggunya di gubuk tua itu. Seorang ibu, adalah seorang ibu. Betapa pun usahanya untuk menjauhi anaknya tetap suatu saat dia akan terpanggil karena nalurinya sebagai seorang ibu. Sehingga suatu hari ia pun menceritakan kesalahannya ini kepada suaminya. Ia meminta maaf telah menutupi semuanya selama belasan tahun. Begitu baik suaminya itu, di ajaknya ibu ini kembali ke desa untuk mencari anak yang telah di tinggalkannya. Tibalah sepasang suami-istri ini di depan gubuk, di bukanya pintu itu dengan penuh kegembiraan. Tak bisa ia menemukan anaknya, yang ia temukan hanyalah kertas-kertas yang berisi ungkapan rindu Maura kepada ibunya. Salah satu suratnya berisi : "Ibuku sayang, aku mencintaimu setulus hatiku. Aku selalu menunggumu di tempat ini hingga kau menjemputku. Aku yakin ketika tulisan ini berakhir engkau akan menjemputku tinggal bersamamu."
Memang benar apa yang di tuliskan Maura, ketika dia telah meninggal, ibunya datang untuk menjemputnya.

Makalah Patologi Khusus


Hamstring Strain
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Cedera otot hamstring seperti hamstring strain sering terjadi pada atlet. Sebuah hamstring strain atau regangan adalah cedera pada salah satu atau lebih dari otot-otot di bagian belakang paha. Peran otot hamstring adalah untuk menekuk (flexi) lutut dan paha bergerak mundur di pinggul (memperpanjang pinggul). Memahami bagaimana paha belakang bekerja memberikan petunjuk penting untuk mode hamstring cedera. Ringan sampai parah hamstring strain sangat umum di pelari dan jumper rintangan dan dalam semua kegiatan olahraga yang melibatkan berlari, seperti sepak bola, basket  dan rugby.
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hamstring Strain
Otot-otot hamstring merupakan otot paha bagian belakang. Ada tiga otot hamstring: semitendinosus, semimembranosus, dan biceps femoris. Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading) akibat teregang melebihi batas normal atau robeknya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubung yang kuat yang menghubungkan otot dengan tulang atau ekor otot) karena teregang melebihi batas normal. Strain sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps.
B.     Penyebab Hamstring Strain
Strain terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot yang melebihi batas normal (Abnormal stress) dan umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba – tiba pada otot tertentu. Jenis cedera ini juga terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah, atau ketika terjadi kontraksi otot belum siap.
a.      Otot Overload
Overload otot adalah penyebab utama ketegangan otot hamstring. Hal ini dapat terjadi ketika otot ditarik melampaui kapasitasnya atau ditantang dengan beban tiba-tiba. Strain otot hamstring sering terjadi ketika otot memanjang seperti kontraksi, atau lebih pendek. Meskipun kedengarannya bertentangan, ini terjadi ketika seseorang memperpanjang otot ketika sedang tertimbang. Ini disebut "kontraksi eksentrik." Selama berlari, otot hamstring kontrak eksentris dimana kaki belakang yang diluruskan dan jari-jari kaki yang digunakan untuk mendorong dalam keadaan toe off dan bergerak maju. Otot-otot hamstring tidak hanya diperpanjang pada saat ini dalam langkahnya, tetapi juga sarat dengan berat badan serta gaya yang dibutuhkan untuk gerak maju.
b.     Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat membuat lebih besar kemungkinan seseorang akan memiliki ketegangan otot, termasuk:
Sesak otot : Ketatnya otot yang rentan terhadap regangan.
Ketidakseimbangan otot : Ketika satu kelompok otot lebih kuat  dari kelompok otot yang berlawanan, ketidakseimbangan dapat mengakibatkan ketegangan. Hal ini sering terjadi dengan otot hamstring. Otot-otot paha depan di bagian depan paha biasanya lebih kuat. Selama kecepatan tinggi, kegiatan hamstring dapat menjadi letih lebih cepat dari paha depan. Kelelahan ini dapat menyebabkan ketegangan.
Pengkondisian miskin : Jika otot-otot lemah, berarti otot-otot tersebut kurang mampu mengatasi stres latihan dan lebih mungkin dapat terluka.
Kelelahan otot : Kelelahan mengurangi kemampuan otot untuk menyerap energi, sehingga dapat membuat lebih rentan terhadap cedera.
Pilihan kegiatan : Siapapun dapat mengalami ketegangan hamstring, tetapi terutama beresiko pada :
·       Atlet yang berpartisipasi dalam olahraga seperti sepak bola, basket, pelari atau sprinter, dan lain sebagainya.
·       Penari
·       Atlet yang lebih tua yang terutama dalam program latihan berjalan
·       Remaja atlet yang masih tumbuh
·       dan lain-lain
Hamstring strain terjadi lebih sering pada remaja karena tulang dan otot tidak tumbuh pada tingkat yang sama. Selama lonjakan pertumbuhan, tulang anak dapat tumbuh lebih cepat dari otot-otot. Ketika tulang tumbuh, itu dapat  menarik otot sehingga ketat. Sebuah lonjakan tiba-tiba, peregangan, atau dampak yang bisa merobek otot menjauh dari hubungannya dengan tulang.
Faktor lain yang meningkatkan kemungkinan mengalami cedera hamstring meliputi:
·         Usia : semakin tua seseorang, semakin besar risiko ke hamstring strain.
·         Cedera sebelumnya : cedera sebelum pada paha belakang atau otot adduktor dapat sangat meningkatkan kemungkinan cedera di masa depan.
·         Fleksibilitas : penelitian menunjukkan bahwa semakin besar fleksibilitas dari hamstring berpengaruh pada kerentanan terhadap cedera.
·         Kekuatan hamstring : demikian pula penelitian telah menunjukkan bahwa kurangnya kekuatan hamstring sangat terkait dengan cedera hamstring.
·         Pelampiasan saraf lumbosakral : saraf tubrukan di L5-S1 dapat menyebabkan kelemahan otot hamstring yang terkait.
·         Kelelahan dan kebugaran : ketika seseorang lelah dan kehilangan koordinasi antara kelompok otot tertentu. Di daerah otot yang mengalamai kelelahan, terjadi kurangnya sinkronisasi antara kedua saraf yang dapat mengakibatkan ketidakcocokan dalam berkontraksi sehingga menghasilkan hamstring strain.
C.    Gejala dan Tanda Hamstring Strain
Seseorang yang mengalami sakit strain mempunyai beberapa gejala dan tanda-tanda sebagai berikut :
1)      Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku.
2)      Strain total didiagnosa sebagai otot yang tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan.
3)      Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu. Dan pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi.
4)      Nyeri menyebar keluar dengan kejang atau kaku otot.
5)      Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.
6)      Jika pecah parah celah dalam otot dapat dirasakan.
Tambahan gejala termasuk:
  • Pembengkakan selama beberapa jam pertama setelah cedera
  • Memar atau perubahan warna dari bagian belakang kaki, di bawah lutut selama beberapa hari pertama
  • Kelemahan dalam hamstring yang dapat bertahan selama beberapa minggu
Strain diklasifikasikan berdasarkan berat/ringannya keparahan :
a.       Derajat/Tingkat I : regangan serabut tendon dan otot, minimal. Strain pada tingkat ini tidak ada robekan dan bersifat ringan. Misalnya strain pada otot hamstring yang mengganggu atlet sprint.
b.      Derajat/Tingkat II : regangan serabut tendon, dengan robekan sebagian, bersamaan dengan nyeri dan bengkak sehingga mempengaruhi kekuatannya.
c.      Derajat/Tingkat III : robekan serabut otot yang luas dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus.
D.    Sejarah Pasien dan Pemeriksaan Fisik
Orang dengan menderita hamstring strain akan merasakan nyeri tiba-tiba di bagian belakang paha yang terjadi saat berolahraga. Selama pemeriksaan fisik, fisioterapis akan bertanya tentang cedera paha dan memeriksa orang tersebut (penderita) ada nyeri atau memar. Fisioterapis juga akan mempalpasi atau menekan bagian belakang paha penderita untuk melihat apakah ada rasa sakit, kelemahan, bengkak, atau cedera otot lebih parah. Atau dengan dilakukan tes pencitraan.
Tes pencitraan dilakukan untuk membantu memastikan diagnosa, yaitu dengan : X-Ray → menunjukkan bahwa pada penderita memiliki tendon hamstring avulsi atau tidak. Hal ini dilakukan ketika cedera tendon menarik tulang yang ada disekitarnya. MRI (Magnetic Resonance Imaging) → penelitian ini dapat membuat gambar yang lebih baik dari jaringan lunak seperti otot hamstring. Hal ini juga dapat membantu fisioterapis menentukan tingkat cedera penderita.
E.     Pengobatan Hamstring Strain
Pengobatan strain hamstring akan bervariasi tergantung pada jenis cedera yang penderita miliki, keparahan, dan kebutuhan penderita sendiri dan harapan. Tujuan dari setiap pengobatan nonsurgical atau bedah adalah untuk membantu penderita kembali ke semua aktivitas. Menyusul rencana pengobatan dokter, hal ini akan mengembalikan kemampuan penderita lebih cepat, dan membantu penderita mencegah masalah lebih lanjut di masa mendatang.
Fase yang paling penting untuk pengobatan hamstring strain adalah 48 jam pertama pasca-cedera yaitu :

Nonsurgical Treatment

Ø  Menggunakan terapi dingin (RICE = Rest, Ice, Compress, Elevation)
Rest          : Mengistirahatkan dari aktivitas yang menyebabkan  tekanan.
Terkadang disarankan menggunakan kruk untuk menghindari peletakkan berat badan pada kaki.
Ice            : Melakukan kompres dingin selama 20 menit, selama beberapa hari
sekali. Tidak boleh menggunakan es langsung ke kulit.
Compress : Untuk mencegah pembengkakan tambahan dan kehilangan darah,
memakai perban kompresi elastis.
Elevation  : Untuk mengurangi pembengkakan, berbaring menempatkan kaki
penderita lebih tinggi dari jantung penderita saat istirahat.
Ø  Menggunakan perban untuk mengurangi perdarahan intra otot
Ø  Awal mobilisasi ekstremitas bawah yang terluka adalah penting untuk rehabilitasi otot. Hal ini termasuk peregangan dan penguatan latihan sepanjang rentang sakit. Hal ini dapat membantu dengan penurunan pembengkakan di daerah tersebut.
Sebuah program terapi berfokus pertama pada fleksibilitas. Peregangan lembut akan meningkatkan jangkauan gerak. Sebagai kemajuan penyembuhan, latihan penguatan secara bertahap akan ditambahkan ke program penderita.
Ø  Menggunakan teknik massage untuk mempercepat pemulihan. Hal ini sangat penting dalam rehabilitasi dari cedera yang dapat memecah jaringan kolagen baru yang memungkinkan untuk penataan kembali serat yang benar dan meminimalkan jaringan parut. Selain itu massage dapat meningkatkan aliran darah ke daerah luka. Namun, harus diperhatikan masa akutnya karena pada masa akut tidak diperbolehkan diberikan massage karena akan merusak jaringan.
Ø  Menggunakan USG dan stimulasi listrik.
Ø  Memberikan saran spesifik
Ø  Menyediakan alat bantu mobilitas seperti kruk. Selain menggunakan kruk, penderita mungkin perlu penyangga yang membuat hamstring dalam posisi santai. Berapa lama penderita akan memerlukan alat ini akan tergantung pada jenis cedera yang penderita miliki.
Ø  Menyediakan MRI scan untuk memastikan jumlah kerusakan berkelanjutan.
Ø  Dalam operasi pecah yang parah mungkin diperlukan untuk memperbaiki kerusakannya.
Pengobatan hamstring strain akan bervariasi tergantung pada jenis cedera yang dimiliki, keparahan, kebutuhan penderita itu sendiri dan harapan. Selain tujuan pengobatan diatas, tujuan dari setiap pengobatan nonsurgical atau bedah adalah untuk membantu pederita kembali ke semua aktivitas. Menyusul rencana pengobatan fisioterapis, hal ini akan mengembalikan kemampuan penderita lebih cepat, dan membantu penderita mencegah masalah lebih lanjut di masa yang akan datang.
  1. Cara Pencegahan
Sakit strain pada dasarnya dapat dihindari. Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas dan sebaiknya melakukan pemanasan, peregangan, stretching, melakukan gerakan dengan benar dan tidak melakukan aktivitas atau tidak melakukan gerakan latihan terlalu banyak/cepat dan tidak berlebihan atau melebihi beban/normal. Selain itu untuk menghindari terjadinya strain seseorang dapat melakukan latihan-latihan fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini. Kuncinya adalah selalu melakukan stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang rentan tersebut. Selain itu pencegahan strain dengan melakukan latihan aerobik yang teratur, tetapi yang tidak terlalu membebani otot, antara lain olahraga jalan, berenang, bersepeda, maupun senam-senam yang memperkuat dan memelihara fleksibilitas. Namun, dengan diagnosis yang tepat, penanggulangan yang benar dan cepat cedera dapat diatasi sehingga aktivitas secara bertahap dapat dilakukan.
PENUTUP
A.    Simpulan
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading) akibat teregang melebihi batas normal atau robeknya otot dan tendon (jaringan ikat/penghubung yang kuat yang menghubungkan otot dengan tulang atau ekor otot) karena teregang melebihi batas normal. Strain sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps.
Hamstring strain biasanya disebabkan karena otot yang overload dan adanya faktor resiko. Gejala dan tanda pada hamstring strain secara umum adalah rasa sakit yang tiba-tiba dirasakan di bagian hamstring, pembengkakan selama beberapa jam pertama setelah cedera, memar atau perubahan warna dari bagian belakang kaki, di bawah lutut selama beberapa hari pertama, dan kelemahan dalam hamstring yang dapat bertahan selama beberapa minggu.
Pengobatan hamstring strain dapat dilakukan dengan nonsurgical treatment dan bedah pegobatan (operasi). Sebagai upaya pencegahan saat melakukan aktivitas, lakukan pemanasan, stretching, peregangan terlebih dahulu atau melakukan gerakan dengan benar dan tidak melakukan kegiatan yang melebihi beban normal. Selain itu untuk menghindari terjadinya strain seseorang dapat melakukan latihan-latihan fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan diri dari cedera macam ini.